Jumat, 3 Oktober 2025

Breaking News

  • Pembukaan Bulan PRB 2025 di Mojokerto, Bupati Rohul : Bulan PRB Momentum Perkuat Sinergi Mitigasi Bencana   ●   
  • Ini Tanggapan Pemerintah Kabupaten Bengkalis Terkait Pj. Kepala Desa   ●   
  • Ledakan Guncang Kilang Pertamina Dumai, Warga Panik   ●   
  • Dua Pelaku Pengoplos Gas LPG Bersubsidi Dibekuk Tim Ditreskrimsus Polda Riau   ●   
  • Dua Warga Desa Teluk Lancar Tewas Disambar Petir Saat Mencari Kepah di Pantai Parit Panjang   ●   
SARASEHAN KEBANGSAAN
Mahfud MD: Masyarakat Dirugikan Bila Terpecah
Minggu 31 Maret 2019, 10:17 WIB
Ketua Gerakan Suluh Kebangsaan Prof Dr Mohammad Mahfud MD saat menjadi pembicara dalam sarasehan kebangsaan di Hotel Aryaduta, Pekanbaru, Sabtu (30/03/2019).
PEKANBARU. RIAUMADANI. com - Tensi politik kian hari kian meningkat. Hal itu dirasa menjadi cikal perpecahan antar masyarakat. Padahal seharusnya, Pemilu 2019 menjadi ajang pemersatu. Karena siapa pun yang akan menang dalam pesta demokrasi tersebut, masyarakat akan rugi bila sudah terpecah belah.

Sebaliknya, bila tetap bersatu maka yang diuntungkan adalah masyarakat. Hal itu disampaikan Ketua Gerakan Suluh Kebangsaan Prof Dr Mohammad Mahfud MD saat menjadi pembicara dalam sarasehan kebangsaan di Hotel Aryaduta, Pekanbaru, Sabtu (30/03/2019).

Hadir dalam kesempatan itu beberapa pembicara tingkat nasional. Seperti Wakil Ketua KPK Laode M Syarif beserta beberapa narasumber lokal. Yakni Prof Dr Alaidin Koto MA, Prof Dr Ellydar Chaidir, Prof Dr H Akhmad Mujahidin SAG MAG serta Dr Siti Ruhaini Dzuhayatin MA.

Selain itu, hadir juga sebagai undangan beberapa tokoh akademisi, tokoh budaya, tokoh pemuda hingga paguyuban di Provinsi Riau. Dalam sambutannya, Prof Mahfud menilai para peserta pemilu sudah tidak sopan lagi dalam mencari kemenangan.

Seperti dengan membuat fitnah, hoaks, menyebar teror secara ideologi. Hal itulah yang membuat masyarakat saling terprovokasi dan rentan terpecah. Kata dia, masyarakat Indonesia membutuhkan wawasan kebangsaan yang majemuk. Dengan mengedepankan unsur keseimbangan. Tujuannya untuk menangkal paradoks dari kemajemukan yaitu primordialisme, etnosentrisme, sekterianisme, stereotipisme dan potensi konflik sosial.

“Saya bersama Alissa Wahid, Benny Susetyo, Ajar Budi Kuncoro, Imam Marsudi dan Dr Siti Ruhaini Dzuhayatin mulai menggagas Suluh Kebangsaan ini. Gagasan ini mendapatkan dukungan yang sangat besar dari para tokoh. Hal itulah yang membuat saya serta beberapa tokoh lainnya bergerak keliling Indonesia,” ujarnya.(tIS/rp)



Editor : Tis
Kategori : Nasional
Untuk saran dan pemberian informasi kepada katariau.com, silakan kontak ke email: redaksi riaumadain.com
Komentar Anda
Berita Terkait
 
 
Copyrights © 2022 All Rights Reserved by Riaumadani.com
Scroll to top