Tennas Dan Al Azhar Menjawab Tentang Menjaga Budaya Melayu
Tennas Effendi dan Al Azhar Menjawab, Menjaga Budaya Melayu
Senin 12 Mei 2014, 04:14 WIB
Ket.Foto GR
PEKANBARU. Riaumadani.com - Budaya dan tradisi suatu kerajaan yang pernah berkuasa di Nusantara kini mulai memudar. Dimana, sangat banyak masyarakat tidak lagi menggunakan adat istiadat dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi tersebut semakin parah ketika budaya asing mulai masuk seiring perkembangan zaman. Lantas, bagaimana dengan Riau?
Hal itu dipertanyakan oleh Dr. Adhyaksa Dault, SH, MSi selaku Ketua Kwarnas Pramuka saat berkunjung ke Balai Adat Melayu Riau, Kamis (8/5/2014) siang. Dalam kesempatan itu, Adhyaksa banyak bertanya tentang fungsi dan manfaat keberadaan Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) dalam kehidupan masyarakat Riau.
Di berbagai daerah, kata Adhyaksa, sudah terjadi kelonggaran pada setiap kerapatan. Hal itu dipicu dengan masuknya produk-produk UU baik dari luar maupun dari dalam. "Misal, patung yang ada di setiap rumah penduduk di Bali. Patungnya sama, pas ada hak paten dari Dunia, semua mengklaim itu ciptaan dia. Kalau tidak dipatenkan, akan diambil negara lain. Seperti tempe yang dipatenkan Jepang," jelas Adhyaksa.
Selain itu, Adhyaksa lebih menekankan agar adat istiadat dan kebudayaan Riau lebih didekatkan kepada para generasi muda Riau. Sehingga, LAMR tidak hanya sekedar sebuah paguyuban.
"Generasi muda, itu lebih senang dengan perlombaan-perlombaan. Ini kesempatan yang pas untuk menanamkan budaya Melayu sejak dini. Program ini pun bisa masuk ke sekolah-sekolah," ujar mantan Mentri Pemuda dan Olahraga (Menpora) ini.
Sedikit banyak, ternyata Adhyaksa sudah mengenal kebudayaan Melayu Riau. Terutama Gurindam 12 ciptaan Raja Ali Haji. Ia menilai, keberadaan nasehat tersebut sudah mulai terkikis. "Saya pernah ziarah ke kuburan Raja Ali Haji di Pulau Penyengat dulu, karyanya itu sangat bagus untuk dipertandingkan. Supaya, tidak hilang," katanya.
"Lebih miris lagi, kebudayaan suatu daerah hanya dipakai ketika ada pernikahan atau upacara pemakaman, habis itu tak ada lagi acara adat," kata Adhyaksa.
Sementara itu, Al Azhar selaku Ketua Dewan Pimpinan Harian LAMR mengkisahkan awal mula terbentuknya LAMR. Dimana, ketika itu 13 kerajaan sudah bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kekhawatiran mulai muncul, sebab masyarakat Sumatera Timur mulai kehilangan identitas.
"Untuk merevitalisasi kebudayaan-kebudayaan, maka pemuka-pemuka masyarakat ketika itu berinisiatif untuk membentuk LAMR," terang Al Azhar.
Dikatakan Al Azhar, keberadaan LAMR sangat besar manfaatnya untuk masyarakat Riau. Sebab, segala permasalahan yang kadang tak mampu diselesaikan oleh pemerintah, akan diselesaikan disini. "Permasalahan sosial kemasyarakatan, bahkan persoalan Pilgubri yang tak ada Quickcount-nya, itu ngadu sama LAMR. Padahal, tak ada hubungannya," ujar Al Azhar sembari tertawa.
Senada dengan Al Azhar, Tennas Effendi selaku menjelaskan, LAMR memayungi LAM yang ada di setiap kabupaten kota di Riau. Dimana, setiap LAM kabupaten kota memiliki otonom tersendiri dalam merevitalisasi budaya masing-masing.
Untuk dunia pendidikan, LAMR sudah menyiapkan modul-modul untuk diajarkan ke sekolah-sekolah. Tentang kebudayaan Riau dimasukkan ke mata pelajaran Muatan Lokal. "Ini masuk dari SD hingga SMA," katanya.
"Sementara, untuk tingkat Perguruan Tinggi dalam seminggu ada dua kali pertemuan mahasiswa belajar di sini (Balai Adat Melayu)," tutur Tennas. Tidak hanya mahasiswa, kata Tennas, bahkan guru-guru selalu mendapat pencerahan dari LAMR.
Selain itu, lanjut Tennas, LAMR melalui Pemerintah Provinsi Riau selalu mengadakan festival budaya. Namun, pembinaan lebih difokuskan pada sanggar kesenian. "Sanggar-sanggar ini yang selalu kami bina," kata Tennas.
Hadir dalam diskusi tersebut Azali Johan, Syahril Abu Bakar dan beberapa pemuka masyarakat Riau lainnya. Diakhir diskusi, LAMR menyerahkan buku-buku tentang melayu Riau sebagai cinderahati. "Saya sangat senang dengan buku-buku ini," ucap Adhyaksa seraya tersenyum. **
Hal itu dipertanyakan oleh Dr. Adhyaksa Dault, SH, MSi selaku Ketua Kwarnas Pramuka saat berkunjung ke Balai Adat Melayu Riau, Kamis (8/5/2014) siang. Dalam kesempatan itu, Adhyaksa banyak bertanya tentang fungsi dan manfaat keberadaan Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) dalam kehidupan masyarakat Riau.
Di berbagai daerah, kata Adhyaksa, sudah terjadi kelonggaran pada setiap kerapatan. Hal itu dipicu dengan masuknya produk-produk UU baik dari luar maupun dari dalam. "Misal, patung yang ada di setiap rumah penduduk di Bali. Patungnya sama, pas ada hak paten dari Dunia, semua mengklaim itu ciptaan dia. Kalau tidak dipatenkan, akan diambil negara lain. Seperti tempe yang dipatenkan Jepang," jelas Adhyaksa.
Selain itu, Adhyaksa lebih menekankan agar adat istiadat dan kebudayaan Riau lebih didekatkan kepada para generasi muda Riau. Sehingga, LAMR tidak hanya sekedar sebuah paguyuban.
"Generasi muda, itu lebih senang dengan perlombaan-perlombaan. Ini kesempatan yang pas untuk menanamkan budaya Melayu sejak dini. Program ini pun bisa masuk ke sekolah-sekolah," ujar mantan Mentri Pemuda dan Olahraga (Menpora) ini.
Sedikit banyak, ternyata Adhyaksa sudah mengenal kebudayaan Melayu Riau. Terutama Gurindam 12 ciptaan Raja Ali Haji. Ia menilai, keberadaan nasehat tersebut sudah mulai terkikis. "Saya pernah ziarah ke kuburan Raja Ali Haji di Pulau Penyengat dulu, karyanya itu sangat bagus untuk dipertandingkan. Supaya, tidak hilang," katanya.
"Lebih miris lagi, kebudayaan suatu daerah hanya dipakai ketika ada pernikahan atau upacara pemakaman, habis itu tak ada lagi acara adat," kata Adhyaksa.
Sementara itu, Al Azhar selaku Ketua Dewan Pimpinan Harian LAMR mengkisahkan awal mula terbentuknya LAMR. Dimana, ketika itu 13 kerajaan sudah bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kekhawatiran mulai muncul, sebab masyarakat Sumatera Timur mulai kehilangan identitas.
"Untuk merevitalisasi kebudayaan-kebudayaan, maka pemuka-pemuka masyarakat ketika itu berinisiatif untuk membentuk LAMR," terang Al Azhar.
Dikatakan Al Azhar, keberadaan LAMR sangat besar manfaatnya untuk masyarakat Riau. Sebab, segala permasalahan yang kadang tak mampu diselesaikan oleh pemerintah, akan diselesaikan disini. "Permasalahan sosial kemasyarakatan, bahkan persoalan Pilgubri yang tak ada Quickcount-nya, itu ngadu sama LAMR. Padahal, tak ada hubungannya," ujar Al Azhar sembari tertawa.
Senada dengan Al Azhar, Tennas Effendi selaku menjelaskan, LAMR memayungi LAM yang ada di setiap kabupaten kota di Riau. Dimana, setiap LAM kabupaten kota memiliki otonom tersendiri dalam merevitalisasi budaya masing-masing.
Untuk dunia pendidikan, LAMR sudah menyiapkan modul-modul untuk diajarkan ke sekolah-sekolah. Tentang kebudayaan Riau dimasukkan ke mata pelajaran Muatan Lokal. "Ini masuk dari SD hingga SMA," katanya.
"Sementara, untuk tingkat Perguruan Tinggi dalam seminggu ada dua kali pertemuan mahasiswa belajar di sini (Balai Adat Melayu)," tutur Tennas. Tidak hanya mahasiswa, kata Tennas, bahkan guru-guru selalu mendapat pencerahan dari LAMR.
Selain itu, lanjut Tennas, LAMR melalui Pemerintah Provinsi Riau selalu mengadakan festival budaya. Namun, pembinaan lebih difokuskan pada sanggar kesenian. "Sanggar-sanggar ini yang selalu kami bina," kata Tennas.
Hadir dalam diskusi tersebut Azali Johan, Syahril Abu Bakar dan beberapa pemuka masyarakat Riau lainnya. Diakhir diskusi, LAMR menyerahkan buku-buku tentang melayu Riau sebagai cinderahati. "Saya sangat senang dengan buku-buku ini," ucap Adhyaksa seraya tersenyum. **
Editor | : | Sumber : GR |
Kategori | : | Budaya |
Untuk saran dan pemberian informasi kepada katariau.com, silakan kontak ke email: redaksi riaumadain.com
Komentar Anda
Berita Terkait
Berita Pilihan
Internasional
Jumat 26 Januari 2024, 22:52 WIB
Daftar Negara Lolos 16 Besar Piala Asia 2023, Ada Indonesia
Jumat 22 Desember 2023
Serangan Israel ke Gaza Palestina Telah Menelan Korban 20,000 Jiwa
Minggu 03 Desember 2023
Jerman Rebut Juara Piala Dunia U17 2023, Kalahkan Perancis Lewat Adu Punalti,
Sabtu 02 Desember 2023
Beberapa Menit Gencatan Senjata Usai, Militer Zionis Israel Bombardir Rumah Sakit Nasser
Politik
Rabu 17 April 2024, 07:50 WIB
MK Tegaskan Putusan Sidang Sengketa Pilpres 2024 Diumumkan 22 April
Jumat 12 April 2024
Bupati Kasmarni Langsung Gelar Open House di Wisma Daerah Sri Mahkota Bengkalis
Senin 08 April 2024
Koperasi Bunsur Pesisir Cemerlang Salurkan Pinjaman ke Dua Kepada 476 Pemilik SHM Lahan TORA
Kamis 28 Maret 2024
Sekda Meranti Ajak Seluruh Pihak Serius dan Jaga Konsentrsi Laksanakan Percepatan Penurunan Stunting
Nasional
Sabtu 20 April 2024, 09:46 WIB
Tindak Lanjuti Pelanggaran Internal, KPK Tahan 15 Tersangka Pemerasan di Rutan
Sabtu 20 April 2024
Tindak Lanjuti Pelanggaran Internal, KPK Tahan 15 Tersangka Pemerasan di Rutan
Sabtu 20 April 2024
KPK Catat 14.072 PN/WL Belum Lapor LHKPN Hingga Batas Akhir Maret 2024
Selasa 09 April 2024
Hasil Sidang Isbat: Pemerintah Tetapkan Idul Fitri 2024 Rabu 10 April
Terpopuler
01
Minggu 07 Agustus 2016, 07:47 WIB
Ribuan Personel Keamanan Diterjunkan Kawal Kirab Api PON 2016 Selama 11 Har 02
Rabu 17 September 2014, 02:20 WIB
Pemkab Pelalawan Kembangkan Pembibitan Ikan Secara Modern 03
Sabtu 25 April 2015, 04:51 WIB
10 Pejabat Kedubes Asing Dipanggil ke Nusakambangan 04
Selasa 09 Februari 2016, 01:21 WIB
LSM Laporkan Satker SNVT.Dedi dan PPK, Rukun dan Irzami Ke KPK 05
Rabu 25 Juni 2014, 05:20 WIB
Capres-Cawapres Prabowo-Hatta Klarifikasi Harta ke KPK
Pekanbaru
Jumat 03 Mei 2024, 10:00 WIB
STIH Persada Bunda Taja Seminar Nasional Hukum Pembaharuan Hukum Pidana “Tantangan dan Peluang”
Jumat 03 Mei 2024
STIH Persada Bunda Taja Seminar Nasional Hukum Pembaharuan Hukum Pidana “Tantangan dan Peluang”
Selasa 30 April 2024
Sekjen FKPMR H. Endang Sukarelawan Ambil Formulir Bacalon Walikota ke DPC PKB Kota Pekanbaru
Jumat 26 April 2024
Parisman Ikhwan Alias Bang Iwan Patah Ambil Formulir Balon Walikota Pekanbaru di DPC PKB