Kamis, 2 Oktober 2025

Breaking News

  • Pembukaan Bulan PRB 2025 di Mojokerto, Bupati Rohul : Bulan PRB Momentum Perkuat Sinergi Mitigasi Bencana   ●   
  • Ini Tanggapan Pemerintah Kabupaten Bengkalis Terkait Pj. Kepala Desa   ●   
  • Ledakan Guncang Kilang Pertamina Dumai, Warga Panik   ●   
  • Dua Pelaku Pengoplos Gas LPG Bersubsidi Dibekuk Tim Ditreskrimsus Polda Riau   ●   
  • Dua Warga Desa Teluk Lancar Tewas Disambar Petir Saat Mencari Kepah di Pantai Parit Panjang   ●   
Polri Tembak Mati Bandar Narkoba
Bandar Narkotika Internasional Makin Liar
Selasa 28 Maret 2017, 22:20 WIB
Kepala BNN Komjen Pol Budi Waseso (kiri) menunjukan barang bukti (BB) narkotika jenis sabu dan tersangka saat rilis pengungkapan jaringan narkotika internasional di Kantor BNN, Jakarta, Senin (27/3/2017).

JAKARTA RIAUMADANI. com - Kendati tindakan tegas Polri pada bandar narkotika kerap membuahkan kematian bandar, namun sepertinya bandar narkotika tetap cuek. Bandar narkotika internasional ternyata tidak menghentikan operasinya mengedarkan narkotika di Indonesia. Senin (27/3), Bareskrim Polri dan Badan Narkotika Nasional (BNN) mengungkap dua kasus penyelundupan narkotika dari Malaysia.

Sesuai data yang diterima Jawa Pos (JPG), setidaknya sudah ada 11 bandar yang dalam proses penangkapannya ternyata harus tewas karena melakukan perlawanan selama 2017. Yang terbaru, kemarin Ditipid Narkoba menewaskan dua bandar dalam penggerebekan di Medan (Sumut) dengan barang bukti 6,5 kg, 190 ribu butir ekstasi dan 50 ribu butir happy five. Narkotika berasal dari Malaysia.

Di hari yang sama, BNN juga merilis pengungkapan bandar yang menyelundupkan 11 kilogram narkotika dari Malaysia

menuju Pontianak. Seorang bandar tewas tertembak dalam proses pe­nangkapan tersebut. Bandar nekat berupaya melarikan diri. Direktur Ditipid Narkoba Bareskrim Brigjen Eko Dani Yanto mengungkapkan Fidel Husni itu merupakan bandar besar yang memiliki jaringan yang begitu banyak. Awalnya, yang ditangkap itu Agus Salim yang sedang menyerahkan sabu seberat 1 kg pada Nanang Taufik.

”Dari penangkapan ini ternyata Agus mendapatkan narkotika dari Munasir, tersangka lain,” ujarnya.

Untuk mengejar Munasir digerebeklah sejumlah tempat seperti Jalan Kalisari, Pasar Rebo Jakarta Timur dan Ruko Sedayu Square di Jakarta Barat. Dari kedua tempat itu kembali ditemukan 5,5 kg sabu di dalam mesin cuci, 190 ribu butir ekstasi dan 50 ribu butir happy five.

”Munasir ditangkap di Jalan Alternatif Cibubur,” jelasnya.

Dari Munasir yang merupakan bandar di Jakarta ini diketahui ternyata merupakan suruhan dari FH yang berada di Medan, Sumut. Pada akhir Maret lalu, FH ditangkap di rumahnya di Pondok Surya 2, Medan.

”Saat ditangkap itu ternyata didapatkan sebuah AK 47, satu pucuk revolver 250 bungkus amunisi 5,6 mm dan dua bungkus happy five,” ungkapnya.

Dari FH ditangkaplah Azhari yang merupakan koordinator transporter distribusi narkotika dari Penang Malaysia ke Indonesia. ”FH dan Azhari ini diduga masih menyimpan senjata dan narkotika,” terangnya.  Namun, saat keduanya diminta menunjukkan lokasinya mereka malah melawan. Keduanya akhirnya meninggal dunia karena ditembak petugas.

”Penindakan tegas dilakukan karena mengancam nyawa petugas,” ujarnya
Belakangan diketahui bahwa FH ternyata merupakan mantan atau eks penegak hukum yang berdinas di Aceh. Beberapa tahun yang lalu diketahui bahwa FH ditangkap karena kedapatan membawa dua Kg narkotika.

”Dia dihukum enam tahun, tapi menjalani hukuman hanya beberapa tahun,” jelasnya.

Namun, ternyata setelah menjalani hukuman, FH masih tetap menjalankan bisnisnya. Bahkan, menggunakan senjata AK 47 dan revolver untuk berjaga-jaga. ”Karena itu kami sudah instruksikan ke semua petugas di Indonesia untuk waspada karena bandar sudah menggunakan senjata api,” paparnya.

Dari mana asal senjata tersebut, Eko menjelaskan bahwa kemungkinan besar senjata AK 47 tersebut merupakan senjata sisa konflik Aceh.  ”Tapi, bagaimana FH bisa mendapatkannya masih belum diketahui,” jelasnya.

Asal senjata revolver ini sedang didalami. kemungkinan senjata organik ini berasal dari kepolisian.

”Masih dalam penelitian bagaiamana revolver ini bisa ditangan FH,” urai Eko Dani Yanto.
Untuk kasus narkotika Malaysia yang diungkap BNN, Kepala BNN Komjen Budi Waseso menjelaskan bahwa penangkapan berawal dari laporan yang diberikan informan BNN. Informasi tersebut menyebutkan pergerakan pelaku berinisial GUS, 31, dan WAH, 21. keduanya akan melakukan transaksi sabu  di Jalan Adi Sucipto Simpang Tiga Sidoarso, Sungai Raya Pontianak. Sabu tersebut tersebut dipastikan berasal dari dari Malaysia.”Pelaku menggunakan mobil Toyota Avanza silver KB 1645 K. Yakni pengiriman dilakukan oleh dua orang,” ujar Buwas-panggilan akrab Budi Waseso-.

Berbekal infomasi tersebut pihaknya bertolak ke lokasi tersebut. Anggota disebar di beberapa titik. Penyamaran dilakukan seolah-olah sebagai warga serta pengguna jalan.

”Informasi yang diberikan cukup akurat,” ujarnya.

Pergerakan pelaku berhasil terekam. Namun penangkapan tidak langsung dilakukan. BNN memutuskan untuk membuntuti pelaku. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui jaringan narkoba internasional itu.

”Kami lihat siapa saja yang terlibat, tidak langsung tangkap,” jelasnya.

Saat berada di depan Terminal Oplet, kedua pelaku bertemu dengan pengedar berinisial A (50). Ketika bertemu mereka bertukar kendaraan. Saat itulah petugas melakukan penyergapan. ”para pelaku ditangkap dan pemeriksaan kendaraan dilakukan,” tuturnya.
Dari pemeriksaaan itu ditemukan sebelas kilogram sabu. Barang haram tersebut disembunyikan di balik pintu mobil untuk mengelabui petugas. ”Ketiganya lalu diamankan,” jelasnya.

Saat proses membawa pelaku, ternyata  bandar berinisial A berusaha melarikan diri dan melakukan perlawanan. Petugas terpaksa melakukan tindakan tegas. Tembakan ke arah A dilakukan setelah memberikan tembakan peringatan. Peluru menembus hingga ke punggung bandar tersebut. Seketika pria 50 tahun tersebut jatuh terkapar.

”Kami sempat berusaha mengevakuasi A ke rumah sakit terdekat. Namun sayang akibat banyak pendarahan nyawa A tidak bisa diselamatkan. A pun tewas saat diperjalanan,” katanya.

Hasil pemeriksaan bisnis haram tersebut telah dilakukan selama tiga bulan. Sudah tiga kali transaksi dilakukan. Sekali transaksi mereka mendapatkan upah sebesar Rp5 juta.

”Upah tersebut diberikan oleh pelaku berinisial A,” ujarnya.        

Buwas menjelaskan Indonesia saat ini dalam kondisi darurat narkoba. Puluhan jaringan internasional telah bebas menjalani bisnis haramnya itu ke Indonesia. kebanyakan narkoba berasal dari Malaysia. Sebab secara letak geografis Malaysia sangat dengan Indonesia. Dimana pengiriman bisa melalui jalur mana saja. Darat, laut dan udara.

Kebanyakan kurir narkoba direkrut dari penduduk daerah terpelosok. Modus perekrutan pun beragam. Kebanyakan para kurir tersebut terlebih dahulu dicekoki narkoba. Tujuannya itu agar mereka ketergantungan. Dan ketika sudah ketergantungan mereka akan menuruti perintah sang bandar.
”Dia sudah ketergantungan dan tidak mempunyai uang untuk beli narkoba, jadi nggak ada pilihan lain bekerja jadi kurir. Hanya demi bisa pakai narkoba gratis. Jadi jangan heran kalau upah kurir di Indonesia sangat murah,” kata polisi dengan tiga bintang di pundaknya itu.

Sementara Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divhumas Mabes Polri Brigjen Rikwanto menuturkan, asal narkotika dari Malaysia itu membuat Polri berupaya menghentikan secara total. Kebetulan, saat ini hubungan antara Polisi Diraja Malaysia dengan Polri sedang sangat mesra. ”Pasalnya, Polri bisa membebaskan penculikan terhadap warga Malaysia. Apalagi, ada penghargaan pada Polri,” jelasnya.

Karena itu, bisa jadi dilakukan sebuah kerja sama. Misalnya, ope­rasi gabungan dalam mencegah narkotika berlalu-lalang seenaknya di perbatasan Indonesia-Malaysia. ”Harapan untuk meningkatkan intensitas memerangi narkotika terbuka lebar,” jelasnya. 

Sementara Kasubdit Narkotika Direktorat Penindakan dan Penyidikan Ditjen Bea Cukai Eko Darmanto menjelaskan, ada begitu banyak negara yang high risk narkotika, diantaranya Cina, Iran, Malaysia, Nigeria dan lainnya. ”Negara tersebut bisa dibilang cukup cuek dalam memerangi narkotika, apalagi bila narkotika itu rencananya dikirim keluar negeri,” jelasnya.

Dia menuturkan, bahkan sebenarnya penyelundupan narkotika ini terindikasi menjadi salah satu cara perang. Mirip sekali dengan perang candu yang terjadi di Cina beberapa puluh tahun lalu. ”Ya, perang tidak hanya fisik sekarang ini,” ujarnya.(idr/ian/jpg)




Editor : Tis-Rp
Kategori : Hukum
Untuk saran dan pemberian informasi kepada katariau.com, silakan kontak ke email: redaksi riaumadain.com
Komentar Anda
Berita Terkait
 
 
Copyrights © 2022 All Rights Reserved by Riaumadani.com
Scroll to top