Jumat, 3 Oktober 2025

Breaking News

  • Pembukaan Bulan PRB 2025 di Mojokerto, Bupati Rohul : Bulan PRB Momentum Perkuat Sinergi Mitigasi Bencana   ●   
  • Ini Tanggapan Pemerintah Kabupaten Bengkalis Terkait Pj. Kepala Desa   ●   
  • Ledakan Guncang Kilang Pertamina Dumai, Warga Panik   ●   
  • Dua Pelaku Pengoplos Gas LPG Bersubsidi Dibekuk Tim Ditreskrimsus Polda Riau   ●   
  • Dua Warga Desa Teluk Lancar Tewas Disambar Petir Saat Mencari Kepah di Pantai Parit Panjang   ●   
Hutang Indonesia Menumpuk, KH Hasan Abdullah Sahal : Astaghfirullah !! Kita Perlu Tobat Nasional
Senin 28 September 2020, 13:20 WIB
Sesepuh Pimpinan Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor Ponorogo KH Hasan Abdullah Sahal
PONOROGO. RIAUMADANI. COM - Dialog interaktif mengupas dugaan munculnya PKI gaya baru ramai dibincangkan di ruang publik.

Hari ini, Senin (28/9/2020) sesepuh Pimpinan Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor Ponorogo KH Hasan Abdullah Sahal angkat bicara menyikapi perihal ramainya fenomena tersebut.

Tak hanya bicara soal PKI, Ulama Kharismatik Gontor ini pun menelisik sejumlah utang negara yang kian menumpuk.

Pada bagian lain diskusi, Pimpinan Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor Ponorogo KH Hasan Abdullah Sahal menyatakan komunis berarti kafir karena memiliki paham ateis.

“Komunis berarti ateis, dan atheis berarti kafir. Nah, masalahnya kita menghadapi orang kafir atau menghadapi kekafiran. Itu pekerjaan kita. Jadi pekerjaan kita menghadapi kekafiran dan menghadapi orang kafir,” tutur Kiai Sahal dalam focus group discussion daring Pusat Kajian dan Analisis Data (PKAD) yang diunggah dalam YouTube.

Menurutnya, tidak ada PKI gaya baru. Soalnya kekafiran sudah aja sejak zaman nabi.

“Jadi enggak ada PKI gaya baru itu, sama saja. Kafir ya tetap kafir. Itu pelajaran SD sampai jadi mahasiswa harus mengatakan begitu. Orang yang tidak percaya Tuhan itu namanya kafir,” tuturnya.
 
“Kita tinggal mengatakan kalau dunia ini enggak ada orang kafir ya neraka enggak ada isinya,” katanya.

Kiai Sahal menilai fenomena yang terjadi saat ini sama dengan pada lalu, yakni adanya intimidasi, infiltrasi dan intervensi makin kuat.

"Ketahuilah, yang menuduh kita radikal itu maha radikal, yang mengatakan teroris itu maha teroris dan yang mengatakan ekstrim itu maha ekstrim," ujarnya.

Sehubungan hal itu Kiai Sahal menyatakan, umat Islam bertanggung jawab untuk membenahi hal tersebut.

Alumnus Universitas Islam Madinah al-Munawwarah itu pun mewanti-wanti agar tidak ada pemurtadan di bidang politik, ekonomi, sosial, budaha maupun pertahanan dan keamanan.

“Jangan menerima permurtadan ini,” tegasnya. (**)




Editor : Tis
Kategori : Nasional
Untuk saran dan pemberian informasi kepada katariau.com, silakan kontak ke email: redaksi riaumadain.com
Komentar Anda
Berita Terkait
 
 
Copyrights © 2022 All Rights Reserved by Riaumadani.com
Scroll to top